KOTATOEA.COM — BANGUNAN TOEA di Proyek pembangunan DDT (double-double track) di sisi selatan peron dan rel Stasiun Bekasi Jawa Barat Indonesia menjadi misteri. Bangunan mirip bekas terowongan zaman Kolonial belanda inipun menyisakan misteri.
Bangunan kuno berbentuk setengah lingkaran dari batu bata ini diyakini bekas terowongan kereta zaman Belanda.
Sejumlah dugaan tentang bangunan itupun bermunculan. Sejarawan yang juga anggota tim Cagar Budaya Kota Bekasi Ali Anwar, dikutip portal berita lintasbekasi.com, Senin (10/8/2020), menduga bangunan itu adalah saluran air bawah tanah.
Sementara itu, Okie Rishananto dari Front Bekasi menduga bahwa bangunan itu merupakan gorong-gorong untuk keretaapi, seperti dokumentasi pembangunan struktur serupa di Rancaekek tahun 1916 yang ia perlihatkan dari salinan foto CM Luijks.
Meski bentuknya sama, struktur bangunan di Rancaekek terbuat dari batu kali, bukan batu bata seperti di Stasiun Bekasi.
Sementara, penggiat sejarah keretaapi Adhitya Hatmawan menerka, itu adalah bangunan semacam jembatan keretaapi.
“Bisa jadi itu struktur pondasi lama Bangunan Hikmat (jembatan keretaapi, red.) di eranya BOS (Bataviasche Ooster Spoorweg). Tapi harus dilihat lagi peta lama halte Bekasi pada masa itu,” tutur Adhit.
BOS merupakan perusahaan keretaapi era Hindia Belanda yang berdiri pada 1870 dan mengoperasikan jalur keretaapi dari Batavia (kini Jakarta) ke timur, yakni ke Jatinegara.
Hingga 1950-an, Bekasi masih bagian dari Kabupaten Jatinegara.
Tim ahli Cagar Budaya Kota Bekasi kabarnya sudah merekomendasikan pada Pemkot Bekasi untuk bekerjasama dengan BPCB guna mengadakan kajian lebih lanjut tentang penemuan tersebut.
Sebelumnya, penampakan bangunan toea yang tertimbun tanah di situs proyek DDT (double-double track) itu mulanya diviralkan warganet, Silvia Galikano, di akun Facebook-nya pada 1 Agustus 2020.
“Saat pelebaran Stasiun KA Bekasi, terlihat setidaknya dua plengkung ini. Dahulu terowongankah? Dahulu permukaan tanah di bawah situ? Jadi dulu rel di mana? Jalan di mana? Kali di mana? Warga Bekasi bertanya,” tulisnya.
Kabar terbarunya, dari pihak BPCB yang di Serang (Balai Pelestarian Cagar Budaya, Ditjen Kebudayaan) disepakati kita hanya menyelamatkan satu jendela lama zaman Belanda, untuk kita tempatkan sebagai warisan sejarahnya di spot historis nanti di bangunan baru stasiun,” ujarnya kepada Historia saat ditemui Historia.id di lokasi proyek pada Rabu, 5 Agustus 2020. (*)