Breaking News
Home / Kota Toea / Kota Lama Semarang / Kota Lama Semarang : Sejarah Gedung Marba Kota Tua Semarang
Kota Lama Semarang : Sejarah Gedung Marba Kota Tua Semarang

Kota Lama Semarang : Sejarah Gedung Marba Kota Tua Semarang

KOTATOea>com — Menurut ceritanya Gedung Marba ini dibangun pada abad 19 lalu. Adapun Marba akronim dari “Marta Badjunet”, seorang saudagar kaya dari Yaman.

Dulu gedung ini sempat digunakan sebagai kantor usaha pelayaran Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL).

Selain itu pernah menjadi satu-satunya toko modern yang bernama “De Zeikel”.

Gaya bangunan neoklasik yang mengadopsi arsitektur tropis Hindia Belanda seperti yang tercatat di SitusBudaya.id dengan material bata, kayu, dan sedikit besi tuang juga masih berdiri kokoh menopang atap gedung Marba.

Gedung Marba berlokasi di Jl. Letjen. Suprapto, No. 33. Lebih mudahnya, gedung tersebut berada di salah satu sudut kawasan Kota Lama Semarang. Lokasinya berseberangan dengan Taman Srigunting.

Menurut website situsbudaya.id, abad ke-19 dipercaya menjadi abad dibangunnya Gedung Marba. Gedung tersebut memiliki desain dua lantai dengan tebal dinding kurang lebih 20 cm.

Jika diperhatikan dari sudut hiasan atau ornamen dekorasinya, Gedung Marba mengadopsi arsitektur neoklasik, juga dikenal menggunakan arsitektur tropis Hindia Belanda.

Ciri khas Gedung Marba adalah warna merah tuanya yang mencolok. Warna tersebut dihasilkan dari material batu bata. Kayu dan sedikit besi tuang juga menjadi elemen penting di bangunan tersebut.

Jendela dan kolom yang simestris dan tertata menambah kesan aestetik gedung tersebut. Terlihat megah walau sudah termakan usia.

Dibangun Orang Yaman

Bangunan yang identik dengan warna merah itu, dibangun oleh Marta Bardjunet. Ia adalah orang yang berasal dari Yaman. Pada zaman dulu, Marta Bardjunet adalah seorang saudagar kaya raya.

Republik Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Yaman berbatasan dengan laut Arab di sebelah selatan.

Sebutan “marba” diambil dari perpaduan nama Marta Bardjunet. Nama “marba” ahirnya dipilih untuk mengenang saudagar kaya tersebut.

Umur bangunan tersebut dipercaya sudah lebih dari 100 tahun. Karena, pada tahun 1910, KITLV atau Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde mengambil potret bangunan tersebut.

KITLV adalah lembaga ilmiah. Lembaga tersebut memiliki kaitan erat dengan penelitian ilmu antropologi, ilmu bahasa, ilmu sosial, dan ilmu sejarah wilaya Asia Tenggara, Oseania dan Karibia.

Kita tahu Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintah Hindia – Belanda.

Berdiri sejak 9 Juni 1705, Semarang merupakan kota yang memiliki peranan penting bagi sektor perdagangan dan keamanan pihak Hindia – Belanda.

Pada saat itu VOC berhasil menyelesaikan pembangunan bentengnya yang berada di tepi Kali Semarang.

Dengan dibangunnya benteng tersebut Kawasan Kota Lama berkembang menjadi kawasan pemukiman dan pusat pemerintahan kolonial Belanda.

Bangunan Marba berbentuk simetris yang begitu kuat mendominasi tampilan visual bangunan-bangunan, dengan garis-garis vertikal dan horisontal yang dominan pada bukaan dinding, garis pemisah jendela, garis dasar bangunan, garis langit bangunan dan detail ornament.

Dihimpun dari Berbagai Sumber