Breaking News
Home / Wisata / Tradisi Grebeg Suran di Festival Baturraden
Tradisi Grebeg Suran di Festival Baturraden

Tradisi Grebeg Suran di Festival Baturraden

KOTATOEA.COM — Festival Baturraden atau Grebeg Suran Baturraden adalah agenda tahunan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, beserta Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB) dan masyarakat 12 desa penyangga wisata Baturraden yang akan digelar 30 September 2018 besok.

Kepala Dinporabudpar Kabupaten Banyumas, Asis Kusumandani mengatakan, kegiatan digelar dalam rangka mengingkatkan daya tarik wisata serta melestarikan tradisi dan budaya lokal.  “Ritual berlangsung sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas rezeki dan hasil bumi yang melimpah, yang diadakan setiap tahun pada bulan sura atau tahun baru Islam,” jelas Asis.

Grebeg Suran akan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB dari Wanawisata menuju lokasi parkir terpadu bukit bintang. Prosesi ritual akan dipimpin oleh penatus kemudian diikuti barisan pembawa tombak Ki Bau Reksa dan Ki Singkir Kala.

Di belakangnya ada barisan rontek oleh anggota Karang Taruna Baturraden, kemudian dua gunungan, berisi sayuran dan palawija disusul tumpeng kuat, tumpeng robyong dan tumpeng triwarna disung joleng.

Akan dua gunungan berisi berbagai hasil bumi seperti aneka jenis sayur mayur, sembilan bahan pokok, serta berbagai jenis buah-buahan yang tingginya mencapai tiga meter.

Adapun rombongan berikutnya adalah masyarakat dari 12 desa di kecamatan Baturraden. Untuk meramaikan susasana, biasanya mereka membawa puluhan tenong dan menyuguhkan seni tradisi yang ada di desanya.

Setelah sampai di lapangan lokawisata Baturraden, seluruh bawaan yang terdiri berbagai makanan akan didoakan sesepuh masyarakat dengan harapan, masyarakat sekitar Gunung Slamet agar selalu diberi keselamatan, keberkahan dan kemakmuran

Asis menambahkan tenong yang dibawa berisikan takir. Sajian makanan tradisi rames dengan dibungkus daun atau besek Takir ini nantinya akan dimakan bersama setelah upacara selesai. Sedangkan tumpeng kuat, tumpeng robyong dan tumpeng tri warna dilarung di sungai Gumiwang.

Kegiatan Grebeg Suran akan diakhiri dengan penyembelihan Wedhus Kendit di Komplek Pemakaman Petilasan atau situs Baturraden.

“Selain kirab budaya grebeg suran, juga digelar festival kopi banyumas, pementasan wayang kulit ruwat bumi dan pementasan wayang kulit semalam suntuk pada malam harinya,”katanya.

Menurut Thesis Universitas Jenderal Soedirma yang berjudul Pemaknaan Tradisi Grebeg Suran Oleh Masyarakat Desa Karangmangu Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

Bahwa Tradisi Grebeg Suran merupakan kegiatan yang sudah ada di Baturraden sejak dulu yang dilaksanakan pada Bulan Sura yang bertujuan untuk Tolak Bala dengan cara bermacam- macam seperti Ruwat Bumi, dan upacara selamatan dimakam leluhur.

Sedekah bumi adalah semacam upacara atau jenis kegiatan yang intinya untuk mengingat kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rahmatNya kepada manusia di muka bumi ini. Landasan teori yang digunakan yaitu menggunakan teori fenomenologi.

Hasil dari penelitian ini adalah Tradisi sedekah bumi yang merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di Baturraden yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan kekayaan alam pada hasil bumi.

Tradisi ini secara rutin diselenggarakan pada bulan sura. Rangkaian acara seperti arak-arakan, Festival Tenong, Gunungan, Rebut Gunungan, Tumpengan, Larung Sesaji, Wedhus Kendit, dan Pagelaran Wayang Kulit yang setiap acara berisi filosofi makna terkandung didalamnya yang dapat disimpulkan bahwa sebagai makhluk hidup harus hidup saling berbagi, saling menjaga dan mengucap syukur, dengan doa yang disertakan pada Tuhan agar diberi keberkahan dan keslamatan.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Banyumas yang menjadi acara festival budaya setiap tahunnya sehingga adanya pergeseran nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut menjadi tujuan pengembangan pariwisata Banyumas.

Pelaksanaan Tradisi Grebeg Suran yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata menjadi salah satu tujuan pemerintah agar mengangkat dan melestarikan budaya kearifan lokal sekaligus menjadi tujuan Pariwisata berbasis budaya dengan pelaku pada saat upacara tradisi tersebut adalah warga Baturraden agar tetap menjaga adat yang biasa dilakukan oleh nenek moyang dan diharapkan masyarakat atau wisatawan memperhatikan dan terus menjaga dalam upaya pelestarian budaya lokal.

Grebeg Suran digelar turun temurun di Kalitanjung Tambaknegara

grebeg suran kalitanjung

Ratusan masyarakat Grumbul Kalitanjung, Desa Tambak Negara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas berkumpul di perempatan jalan setempat untuk menggelar tradisi upacara adat Grebeg Suran

Kegiatan grebeg suran ini memiliki maksud untuk mengenalkan kebudayaan yang dimiliki grumbul Kalitanjung kepada pengunjung di kegiatan Grebeg Suran.

Bupati Achmad Husein ikut memainkan lesung di Grebeg Suran Kalitanjung (Humas_Pemkab)
Bupati Achmad Husein ikut memainkan lesung di Grebeg Suran Kalitanjung (Humas_Pemkab)

Menurutnya rangkaian Grebeg Suran dilakukan ditandai dengan membersihkan daerah–daerah keramat, kemudian digelar ruwatan dengan pagelaran wayang kulit, dan terakhir hari puncak acara, dengan berbagai prosesi Grebeg Suran.

Musik tradisionalpun ikut dikumandangkan pada kegiatan ini, mulai dari musik lesung, kentongan dan musik tradisional lainya untuk meramaikan Grebeg Suran ini. Bahkan cara penyajian makananpun dengan peralatan yang terbuat dari alam, misal takir untuk tempat makan, dan bumbung untuk tempat kuah.

Pemotongan tumpeng oleh  Bupati Ir Achmad Husein dalam Grebeg Suran Kalitanjung

Dari Berbagai Sumber

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*